Oleh: Benita Tania Gunawan (*)
Dikutip dari film yang berjudul “Sang Pencerah” bahwasanya mulai didirikannya dua organisasi islam yang bernama Muhammmadiyah dan Nahdatul Ulama. Sejak saat itu dua tokoh besar yang bernama Muhammad Darwis atau yang kerap disapa KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Ashari. Dua pendiri tersebut belajar di tempat yang sama. Hanya saja setelahnya meraka mengembangkan cara dakwah nya yang berbeda kepada Masyarakat. Muhammadiyah bernuansa Islam secara modern dan fokus pada perkembangan zaman dan teknologi, sedangkan Nahdatul ulama menyesuaikan dengan budaya dan culture setempat.
Suatu pagi, di salah satu tempat makan soto. Ada dua ibu yang tak sengaja terdengar pembicaraanya. Karena posisi juga berdekatan. dua ibu tersebut membicarakan tentang anaknya yang mau lanjut sekolah menengah keatas. Ibu tersebut mengatakan bahwa ‘’Aku sebenere pengen anakku lanjut di sekolah muhammadiyah aja, bagus dan fasilitasnya lengkap’’ . Ibu yang ke dua menjawab ‘’ Mbak anakmu kan dari sekolah NU (singkatnya) nanti mbak mau anaknya bakal paham tentang Muhammadiyah? Tetangga saya sekolah di Muhammadiyah bisa nya juga itu-itu saja, engga yang gimana-gimana’’. Lalu ibu yang pertama menjawab ‘’iya juga sih ya mbak pasti anak saya mengulang pemahaman nya dari awal lagi ya.’’
Melihat dari fenomena diatas kita sebagai pelajar akan menanggapi seperti apa? Ketika skill yang kita miliki akan di bandingkan dengan pemahaman sekolah yang bernuansa keagamaan. Padahal skill itu berkembang Ketika kita mau dan fasilitas disekitar itu memadai dan lingkungan pun mendukung kemampuan kita untuk berkembang lebih jauh lagi. Perihal pemahaman agama dengan corak organisasi islam yang berbeda itu bukan menjadi masalah utama untuk kita generasi Z meneruskan Paham Pendidikan yang lebih baik. Semua paham mengajarkan tentang kebaikan dan melarang keburukan. Bukan berati kalau kita menempuh Pendidikan yang landasannya bermadzab yang berbeda pada umumnya, kita ikut terjun ke paham tersebut. Semua tergantung dari kita, mungkin benar jika beberapa kegiatan nya berbeda tetapi sebenarnya dilandaskan kepada satu tujuan dan satu contoh yaitu Nabi Muhammad SAW.
Islam sangat mencintai perdamaian alangkah baiknya kita sebagai umat tidak mengaduk campur yang berhujung perpecahan dan perbedaan. Padahal keduannya juga berlandasan islam. Jika kita tidak suka jangan menggiring opini yang akan menjadi olah asumsi public yang tidak baik. Karena kita berada di zaman dari mulut ke mulut beda lagi hehehehe….. Air minum Air telaga sekian Assalamualaikum penghuni syurga.
(*)Pegiat Literasi Surabaya, Komunitas Sahabat Literasi PD IPM Surabaya