Cak Jamali yang Kehilangan Arahnya

Oleh: Krisna Alfarisi(*)

Agus Jamali kerap juga di panggil Cak Jamali merupakan tokoh suporter yang sangat iconik dari kota surabaya dengan ciri khas nya saat mendukung klub kebangganya dengan mengcat seluruh tubuhnya, beliau meninggal pada rabu 28 februari 2018.

Suporter merupakan elemen terpenting dalam dunia sepak bola kerap juga disebut sebagai pemain 12 dari kesebelasan paradigma masyarakat yang masih melekat debgan culture suporter ialah anarkis dan arogan menjadi cambukan tersendiri bagi suporter yang sudah paham dan mendedikasikan football for humanity

Tak jarang pula suporter sebagai kambing hitam dari kejahatan abri seolah-seolah suporter yang selalu membuat kegaduhan dan mengancam keamanan pemain ke sebelasan, nmaun jauh berbeda dengan para politikus suporter merupakan ladang yang sangat mengiurkan untuk mencari suara dalam kontes demokrasi

Royal, total, militan yang melekat sebagai identitas ptibadi bagi supporter pribadi yang sulit dimunculkan pada kalangan biasa, meski berkali-kali di bunuh mereka akan terus menerus tumbuh mati satu tumbuh seribu

Tepat 29 juli 2023 dapat kita rasakan ASMS (Aliansi Suporter Muhammadiyah Surabaya) meluapkan rasa rindu, bahagia saat menari bernyanyi bersama ketika perkusi mulai ber aksi, namun miris sekali di beberapa sekolah muhammadiyah masih mengagap sosok yang menakutkan dan dianggap mencemari nama baik sekolah, tpi tak disadari setiap hari kegiatan masih mencemari bumi pertiwi haha.” Jangan sampai ada rasa kecewa masuk sekolah muhammadiyah, jangan sampai narasi dann inovasi di pelajar khusunya kota surabaya ini tak di tampung” kata yang selalu terngiang-ngiang di kepala diamana bentuk aktualisasi dari kata tersebut?

Lelucon apa lagi ini diam dikira pasif bergerak dikatakan subversif terus harus bagaimana? Apakah menjadi kader muhammadiyah harus semenderita ini? Bukan kah tak sekeji ini cara kyai dahlan dalam mengajarkan muridnya dalam berdakwah? Bukan kan dakwah tak hanya diatas mimbar saja?

Harus bagaimana lagi? Dan harus mengadu kemana lagi kawan kami para supporter pun berhak memiliki hak dan tempat berdakwah  dikalangan para supporter yang sama seperti murid berprestasi di mata akademik? Bukan kah sila kelima kita sama? Apa sila kita berbeda?

Reinkarnasi cak jamali kian ter ancam dengan kata” kita ini sekolah islam bukan sekolah supporter” andai supporter ini ditiadakan dengan cara apa mereka terwadahi? Kalau mereka melakukan penyimpangan di cap sebagai tindakan kenakalan remaja bukan lebih baik dibina dari pada di hardik sebagai tukang distributor angka kenakalan remaja

Mari satukan suara kepalakan tinggi-tinggi supporter bukan kumpulan anarkis suporter menjunjung tinggi football for humanity

(*) Ketua Bidang PIP PC IPM Simokerto

IPM Televisi

Sosial Media Resmi

More Stories
Di Balik Semiotika Suro dan Perkaderan Kolektif yang Kanibal