Bidang Ipmawati: Menyeruakan Setara atau Membandingkan Kesetaraan

Oleh: Nur Rizki Larasati (*)

Mengutip dari artikel KKN  Universitas Diponegoro  yang  berjudul ‘’Indonesia Darurat Kesetaraan Gender, sudah saatnya dikenalkan Sedari Dini’’ mengenai kesetaraan gender sudah tak asing bagi telinga kita ketika mendengar dan melihat seolah-olah kegiatan aksi dan komunitas yang membahas mengenai kesetaraan. Menurut KMK 807 Tahun 2018, konsep kesetaraan gender diartikan sebagai peran dan status yang melekat pada laki-laki dan Perempuan berdasarkan kontruksi sosial budaya dan stuktur yang ada di Masyarakat.

Kesetaraan yang kata dasar setara. itu satu kata yang simpel tetapi sulit untuk diterapkan karena berbagai pengelompokan dan perbedaan. sesuai dengan semboyan bhinneka tunggal ika berbeda-beda tetapi tetap satu jua (begitu katanya) mungkin sekarang banyak dari kaum perempuan dan laki-laki sama-sama menuntut hak nya untuk setara. bukan setara dalam laki-laki profesi tukang becak perempuan pun juga harus (engga begitu juga konsep setara dong) kalau konsep setara sedangkal itu saya bisa memberi gambaran mengenai perempuan juga bisa jadi kuli panggul, malah ia bisa mengakat 50-75kg dalam satu kali angkat (sampai saya bingung apa rahasia mereka kuat) tetapi saya enggak mau menyamakan itu karena itu klasik.

Bidang-bidang keperemuan lebih tepatnya pada organisasi IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) hampir dari segala lini tingkat pimpinan selalu beranggota perempuan, dalam visi misi bidang itu sering membahas isu-isu perempuan dan laki-laki tetapi mengapa mayoritas Perempuan, apa tidak boleh laki-laki menjadi bagian dari bidang itu, apa hal yang tabu jika laki-laki menjadi bagian itu. Mengutip laman KOMNAS Perempuan yang kita tahu mayoritas beranggota Perempuan realitanya tidak bernggota Perempuan saja ada juga para laki-laki yang turut andil dalam isu-isu Perempuan dan kekerasan, disini komnas Perempuan menunujukkan kesetaraannya.

Saya pernah mendapat pertanyaan begini ‘’laras mengapa harus ada feminist jika itu membuat perempuan dan laki-laki berbeda?” saya Jawab Seharusnya tidak ada yang membedakan antara laki laki dan perempuan hanya saja perempuan bisa menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui jika kalian dengar feminis itu pembedakan kalian salah, Sebagian laki-laki itu juga feminist karena femisnis tidak membahas isu perempuan saja”. lalu mengapa di IPM terutama bidang ipmawati anggotanya perempuan apa karna namanya ipmawati dan harus atau diwajibkan perempuan saja? apa itu setara? apa perlu penambahan bidang ipmawan supaya lebih setara? ahh menurut saya semakin pemborosan.

Sudah tidak seharusnya bidang ipmawati anggotanya perempuan saja jika ingin sama-sama setara kenapa tidak laki-laki juga menjadi bagian bidang tersebut, konsep kesetaraan itu dibangun bersama bukan menjadi yang paling unggul dalam satu bagian, jika ingin setara gandeng laki-laki untuk menyuruakannya, perempuan ingin dimengerti ingin mendapatkan kebebasan bersuara maka libatkan laki-laki untuk tahu metode pencerdaasan mengenai isu perempuan, tak ada salah untuk belajar bareng-bareng untuk membahas gender dan tak ada salah untuk mengubah cara pandang terkait perempuan dan laki-laki. semakin kita sering membuat pelabelan dan perbedaan itu seakan-akan kita semakin menunjukkan bahwa kita penyintas padahal tanpa kita sadari kita sendiri lupa untuk menggandeng teman-teman untuk paham mengenai perempuan dan laki-laki.

(tulisan ini saya buat berdasarkan bentuk protes dan melawan saya ketika melihat realita yang ada di IPM)

(*) Pegiat Literasi Surabaya, Komunitas Sahabat Literasi PD IPM Surabaya

IPM Televisi

Sosial Media Resmi

More Stories
Selamat Hari Anak Nasional, Bagi seluruh anak di Indonesia.