Ideal & Sikap Pelajar Muhammadiyah dalam Menghadapi Pemilu 2024

Oleh: Azmi Izuddin*

            Pertarungan dan persaingan menduduki kursi RI 1 telah dimulai. Tiga pasangan capres-cawapres telah mendeklarasikan diri dengan koalisinya masing-masing. Sebagai pelajar Muhammadiyah yang cerdas, hendaknya turut berkontribusi dengan menggunakan hak pilihnya. Siapa presiden yang pantas meneruskan kebaikan Indonesia dan memahami latar belakang permasalahan negeri tercinta ini.

            Sebagai pemilih pemula yang rata-rata usianya 17-21 tahun, menjadi kategori pemilih yang berbahaya apabila buta. Buta terhadap siapa calonnya, termasuk visi-misinya apa, track recordnya bagaimana, dan buta terhadap keadaan Indonesia. Maksudnya adalah keberadaan pemilih pemula ini rentan untuk dipengaruhi oleh partai politik atau para pendukung parpol. Rentan menjadi sasaran empuk bagi yang mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu.

            Mungkin agak susah memahami bagi pemilih pemula. Dimanakah letak kepentingan dan kebahayaannya itu. Untuk menangkis dan meminimalisir agar tidak terjadinya hal-hal tersebut, inilah cara-cara menjadi pemilih pemula yang baik dan cerdas.

  1. Mempertahankan Independensi

Tantangan terbesar yang dihadapi pelajar muhammadiyah saat ini adalah bagaimana caranya agar tidak terbawa arus atau dinamika politik. Akan banyak berita, riset, dan survei elektabilitas dengan maksud menggiring salah satu dari calon. Derasnya perkembangan informasi di media sosial harus bisa disaring dengan baik. Alhasil pemikiran pelajar Muhammadiyah tidak akan terbawa kemana-mana ditengah serbuan opini dan propaganda dari sumber manapun.

Kita harus segera menyadari dalam dua hal, mencari sebanyak-banyaknya informasi dari sumber yang kita anggap terpercaya dan tidak boleh terlalu percaya dari sumber tersebut. Informasi yang masuk kedalam tubuh kita, cukup dicerna dengan baik oleh akal pikiran yang telah dianugerahi oleh Allah SWT. Karena bagaimana pun juga, kita masih belum banyak pengalaman dalam kepemiluan dan memiliki pendirian yang kokoh

2. Pahami Visi, Misi, dan Latar Belakang Calon

Menilik postingan instagram dari abe_mukti, akun milik Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa masyarakat hendaknya tidak apatis dan pasif terhadap proses pemilu baik legislatif maupun pemilihan presiden-wakil presiden. Diperlukan kecerdasan, kearifan, dan lapang dada dalam menyikapi perbedaan pilihan.

Pemilih pemula dianggap sebagai pendatang baru di dunia politik atau pun pemilu, maka mereka harus bijak dalam memberikan hak pilih suaranya nanti. Pastikan mulai sekarang cari tahu siapa calon-calon kita yang menduduki kursi di DPR. Baik di tingkat kota, provinsi, pusat, hingga presiden dan wakil presiden. Setidaknya pemilih pemula tidak sekedar tahu dan kenal, melainkan memahami latar belakang, pola pikir, dan attitudenya. Terutama bagaimana rekam jejak track record dan perlakuan kepada masyarakat selama ini.

Di sisi lain, pelajar Muhammadiyah harus bisa mencerna serta memahami visi-misi apa yang dibawa kedepannya. Karena cita-cita dan kebijakan tentang bangsa ini mereka yang akan membawanya. Apakah kita mau nanti Indonesia akan dibawa ketidakjelasan? Ya pastinya kita juga akan terkena dampaknya

3. Hindari Pemilih Skeptis

Pemilih pemula bisa diartikan sebagai awal dalam percaturan perpolitikan Indonesia. Jika bisa mampu memahami dan mengartikan dengan baik, kedepan akan pandai dalam andil menghadapi perpolitikan di negeri ini. Pastikan pelajar Muhammadiyah yang saat ini telah berusia 17 tahun keatas turut memberikan hak suaranya dalam menentukan arah masa depan bangsa Indonesia. Pertama dengan mengechek terdaftar sebagai pemilih di cekdptonline.kpu.go.id kemudian hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 14 Februari 2024 nanti.

Hindari menjadi golongan yang skeptis, golongan yang tidak peduli terhadap program atau kualitas kandidat. Golongan yang acuh terhadap afiliasi ideologis atau politik bangsa ini. Karena golongan ini nantinya akan berujung tidak memberikan suara (golput) pada hari pemungutan suara nanti. Satu suara sangat berpengaruh bagi Indonesia.

Oleh karena itu, Pelajar Muhammadiyah yang termasuk dalam pemilih pemula nanti mari menjadi pemilih yang rasional. Pemilih yang memperhatikan kemampuan kandidat dan mengesampingkan aspek ideologis serta kritis dalam literasi politik. Dimana informasi dan berita akan semakin deras dalam beberapa bulan kedepan. Dengan berliterasi politik inilah yang akan menjadi landasan pertimbangan kuat nan matang dalam keputusan nanti di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 14 Februari 2024.

(*)Ketua PIP PD IPM Surabaya

IPM Televisi

Sosial Media Resmi

More Stories
Nasya Evril Mencoba Memasak dan Suka Nonton