Aktualisasi Diri Menjadi Hayawanun Nuthqi

Oleh: Muhammad Roichan Choiron

Manusia adalah makhluk yang tersusun dari roh dan jasad (tubuh). Roh itu unsur illahi, yaitu sesuatu yang hanya Allah sajalah yang mengetahui akan hakikat dan rahasianya, tiada seseorang pun yang bercokol di dunia ini berhak untuk mengetahuinya dan bahkan tidak diberi kesanggupan oleh Allah untuk memahaminya. Roh itu tidak terdiri dari kumpulan benda (materi) sebagaimana jasad dan benda-benda lain yang dapat kita lihat dengan panca indera kita ini, Unsur roh inilah yang menyebabkan daging, tulang, darah, kulit,rambut, sel-sel dapat berkembang dan tumbuh dan menyebabkan tubuh itu hidup dan bergerak, berketurunan dan berkembang biak. Dengan unsur roh inilah yang menyebabkan tubuh itu hidup dapat melihat, mendengar, merasa, berfikir, bergembira, berduka cita, mempunyai rasa benci, rasa marah, susah, senang, bahagia dan lain-lain. Dan dengan unsur roh inilah manusia menjadi mahluk yang pemalu, bermoral, sosial dan susila atau menjadi mahluk yang tak tau malu, a moral, a susila atau a sosial.

Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk (kejadian), diberi-Nya akal, agar dia dapat memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang dapat memberikan manfaat dan madlorot, mana yang halal dan mana yang haram,  dilengkapinya dengan nafsu, alat untuk mendorong gairah hidupnya meningkat, berprestasi dan maju terus. Akal dan nafsu adalah anugrah Allah yang sangat mahal harganya bila dinilai dengan uang. Bilamana anugrah Allah itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan tempatnya, alangkah bagusnya dan tingginya derajat nilai manusia itu. Dan bilamana anugrah Allah itu (yakni akal dan nafsu) di salah gunakan, tidak pada tempatnya, akal dipakai untuk merusak, untuk memintari orang (misalnya menipu dan merampok) berdusta dan merayu, sehingga orang lain menderita karenanya. Begitu pula nafsunya yang mendorong dirinya untuk berbuat jahat dan keji, niscaya hina nilai manusia bahkan lebih hina dari binatang ternak. 

            Allah memerintahkan kepada kita supaya menjadi ummat yang beragama (Islam) dan agama Islam lah yang memimpin akal, di arahkannya cara berfikir yang sehat dan baik. Akal tidak boleh dipimpin oleh nafsu, tetapi akallah yang harus dipimpin oleh agama. Apabila akal telah dipimpin oleh agama  maka akal akan mengendalikan nafsu. Nafsu bila mana di biarkan saja, dia akan memerintahkan diri seseorang untuk berbuat sekehendaknya hati saja. Akal harus waspada terhadap nafsu. Akal adalah dewan pertimbangan agung yang akan menentukan baik dan buruknya. Akal tidak mampu berperan jika akal tidak terpimpin oleh agama. Itulah sebabnya sebagian manusia ada yang baik dan ada yang buruk, sifat dan tabi’atnya, padahal dia sama-sama mempunyai nafsu dan akal. Orang yang baik akalnya, dapat mengendalikan nafsunya dan orang tidak baik akalnya, nafsunya yang menonjol, akalnya dikalahkan oleh nafsunya.

            Sebagaimana yang sudah saya tuliskan diatas, bahwa manusia itu kalau dilihat dari susunan tubuh tidak ada perbedaanya dengan binatang/ hewan. Hewan mempunyai kaki untuk berjalan, manusiapun mempunyai kaki untuk berjalan. Hewan mempunyai mulut, manusiapun juga mempunyai mulut dan sebagainya. Maka menuntut ilmu (logika) manusia dirumuskan sebagai “hayawanun nuthqi”artinya hewan yang berfikir. Berfikir inilah yang menjadikan perbedaan antara manusia dengan hewan secara menyeluruh, walaupun manusia dan hewan sama-sama menikmati pancaindera. Namun manusia tetap berbeda dan lebih unggul dari hewan, karena akal budi yang dianugrahkan Allah dan kemampuan berfikir yang memungkinkannya untuk mengadakan tinjauan dan pembahasan terhadap berbagai masalah dan peristiwa. Kemampuan berfikir inilah yang membuatnya patut diberi kewajiban untuk melaksanakan berbagai ibadah dan memikul tanggung jawab, pemilihan dan kehendak. Dan dengan akal inilah manusia ditempatkan dalam status istimewa, pengatur alam ini dan sekaligus sebagai kholifah fil ardli.

IPM Televisi

Sosial Media Resmi

More Stories
Eri Cahyadi: Aku Suwun Sing Akeh Karo Pelajar-Pelajar Muhammadiyah