IPMSUROBOYO.OR.ID – Banyak yang mengatakan bahwa perempuan selalu benar, ntah dalam hal apapun atau situasi apapun perempuan selalu dilabeli dengan kata-kata “Perempuan selalu benar.” Jika lawan bicaranya adalah seorang laki-laki. Saya heran kenapa stigma masyarakat yang memunculkan pemikiran luar biasa aneh ini. Realita keadaan sebenarnya perempuan tidak selalu benar, kadang banyak salah juga.
Mari kita ulas mengapa pelabelan itu terjadi. Sekarang berbicara dalam hubungan asmara atau percintaan antara perempuan dengan laki-laki, Ketika dalam hubungan ada permasalahan dan memunculkan perdebatan banyak yang beranggapan laki-laki harus menurunkan egonya dan jika dalam perdebatan ‘’Biarkan saja perempuan yang menang dari pada harus terus-terus berdebat, dan kunci suatu hubungan terletak pada laki-laki’’ (begitu katanya).
Tunggu, itu adalah celetukan yang sering saya dengar ditelingga saya yang mulai memanas ini. Tidak selamanya perempuan itu benar ingat kalian, kita sebagai manusia juga punya kesalahan dan dari kesalahan itu bisa mengevaluasi diri kita, jika kesalahan antar pasangan dibiarkan dan tak segera dibenahi maka pertanyaan apakah anda sayang dengan pasangan kalian atau memang tidak peduli. Begini hubungan asmara itu dibangun setara antara perempuan dan laki-laki dari kesataran itu seharusnya sepaket dengan komitmen yang dibangun dari awal jika pasanganmu salah kamu berhak untuk memberi tau apa yang salah dan akan diperbaiki dengan catatan menyampaikan kesalahan pasangan dengan sopan, dan tak selamanya kunci suatu hubungan terletak pada laki-laki(kalimat ini yang buat saya berkata kasar dalam hati) sebagai perempuan kita berhak hidup bebas tidak dalam paksaan atau belenggu para laki-laki dari lahir kita sudah diberi kebebasan dan kita berhak memilih apa yang kita mau jangan pernah mau hidup dalam patriarki. Kunci suatu hubungan terletak pada dua belah pihak bukan satu pihak, jika hubunganmu satu pihak pertanyaankan mengapa bisa begitu? apakah hubungan kalian sehat dan setara? Tanyakan juga apakah dalam asmara ini saya sudah merdeka? Kok mau-maunya hubungan satu pihak. (itu hubungan apa dengerin kampanye para politisi?).
Sekarang begini, jika perempuan selalu benar, mengapa pelecehan seksual selalu menyalahkan korban? dengan berbagai kasus korban adalah kaum perempuan. Dari beribu-ribu kasus pelecehan dan berita selalu menyalahkan perempuan. Contoh korban pemerkosaan selalu ada celetukan “Itu mah salah si perempuan kenapa pakai baju seksi dan terbuka amat’’ lalu ‘’toh ya agama udah menganjurkan menutup aurat” astaga parah manusia ini sungguh cerdik.
Dan kenapa pakaian perempuan selalu disalahkan? begini ya. berdasarkan buku membunuh hantu-hantu patriarki yang ditulis Dea Safira dari “Zaman sebelum bangsa kolonial datang perempuan sudah bebas mengenakan pakaian yan dikehendakinya disesuaikan dengan alam Indonesia. Mereka tidak sudah lama telah menggunakan kemban dalam kegiatan kesehariannya. Mereka bahkan tidak menggunakan penutup payudara”.( silakan dibuka google kalian ketik tuh sejarah perempuan).
Selain itu memang agama sudah memberi tahu untuk menutup aurat tapi agama juga sudah memberi tahu untuk menjaga pandangan bukan!. Mengapa jarang sekali disalahkan pelaku karena tidak bisa menahan nafsu birahinya dan seenaknya disalurkan ke perempuan emangnya perempuan budak penyaluran nafsu? Sudah seharusnya kita melihat dari sudut pandang luas dari kacamata luas bukan menyalahkan korban, coba kita bersikap netral maka dari situ kita akan bisa mengerucutkan permasalahan.
Stigma mengenai perempuan selalu benar harus dihilangkan karena itu membuat risih dan tak sesuai dengan keadaan perempuan sekarang, saya menulis ini karena saya geram dengan ucap-ucapan itu dan saya terimakasih kepada pikiran saya yang mampu menyampaikan kerumitan kepala menjadi sebuah tulisan bukan berarti saya menulis benci terhadap laki-laki tidak.
Terimaksih sudah membaca keramaian ini
Penulis: Nur rizki larasati