Oleh: Rajwaa Arayyan
Ketua Bidang Advokasi PD IPM Surabaya 2021-2023
Datangnya bulan Ramadhan ini banyak disambut dengan gembira oleh umat Islam di dunia, apabila Ramadhan tiba Imam Ahmad dan Syafi`i menyebut, Nabi Muhmammad SAW Bersabda,” Wahai manusia, bulan ramadahan telah tiba yang penuh berkah dan Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Pada bulan ini semua pintu pintu syorga dibuka, dan semua pintu neraka ditutup. Pada bulan ini semua setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam qadar, yaitu satu malam lebih mulia dari seribu bulan. Siapapun yang diharamkan kebaikanannya maka iapun telah diharamkan kebaikannya.”
Seluruh umat manusia terutama yang beragama Islam di seluruh dunia diharuskan memuliakan bulan Ramadhan ini, bulan penuh pengampunan dengan kegembiraan, bulan yang penuh berkah, semoga kita semua senantiasa selalu dalam lindungan Allah dan diberikan kesehatan yang barokah agar kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik ban benar. Dalam memasuki bulan ramadahan ini marilah kita saling memaafkan, mari kita tinggal yang perbuatan yang tidak di ridhoi oleh Allah SWT, dan berlomba lomba dalam berbuat kebaikan, oleh sebab itu saya katakan untuk menyingkirkan jauh-jauh sifat, iri, dengki, serakah dan tamak.
Syariat puasa tidak saja pada ummat Nabi Muhammad Saw tetapi juga dilakukan oleh ummat terdahulu. Bahkan tradisi puasa juga dilakukan agama-agama besar dunia tentunya dengn cara yang berbeda. Dari praktek puasa beberapa agama didunia dapat dikatakan bahwa budi pekerti yang terkandung dalam nilai-nilai puasa relevan dengan pembentukan karakter menuju kesempurnaan kemanusiaan. Pangkal ayat QS. Al-Baqarah ayat 183 (yaa ayyuhalladziina aamanuu/hai orang-orang yang beriman) kewajiban puasa dibebankan kepada orang yang telah mencapai derajat keimanan, artinya syariat puasa adalah sesuatu yang berat yang hanya dapat dipikul oleh orang-orang yang yaqin dan memiliki komitmen atas keyakinannya. Rasulullah Saw memberikan tuntunan menyambut bulan Ramadhan agar saat Ramadhan tiba ummat Islam telah siap secara lahir dan bathin menapaki amalan-amalan sholeh dengan semangat. Pada bulan Sya’ban Rasulullah Saw memperbanyak puasa sunnah, memperbanyak amal, doa dan mohon ampunan.
Jika dikaitkan dengan intropeksi advokasi, puasa dapat dijadikan tambuk pengingat. Jika digali lebih dalam lagi puasa bukan hanya tentang menahan lapar dahaga tetapi dengan cara inilah Allah menyadarkan bahwa seperti ini rasanya saudara saudara kalian yang tidak bisa menikmati makanan dengan utuh sehingga mereka terpaksa berpuasa. Disinilah letak keadilan Allah, pada bulan ini Allah adakan “simulasi miskin” secara global. Tidak ada satu negara pun yang melewatkan bulan ramadhan. Walau masih banyak yang berpikir “mereka terpaksa puasa karena tidak mampu membeli makanan, mengapa kita dipaksa untuk puasa padahal kita mampu?” Pemikiran pemikiran seperti inilah yang kemudian menciptakan perspektif ketidak adilan. Kamu diminta puasa saja malah kamu batal kan, apa itu adil? Perlu diingat bahwa adil itu tidak selalu sama rata tetapi sesuai porsi. Seperti yang sudah dijelaskan ada ganjaran dan amalan tertentu bagi mereka yang tidak puasa dan batal puasanya. Ini juga merupakan bentuk keadilan Allah
Hadits yang terkait dengan ancaman bagi yang melanggar syariat puasa Ramadhan: “Siapa saja yang berbuka (tidak berpuasa) sehari saja di bulan Ramadhan tanpa ada rukhshah (keringanan atau alasan yang dibolehkan syara’) maka itu tidak cukup diganti dengan puasa satu tahun” (HR. Ibnu Majah). “Siksaan bagi orang yang meninggalkan puasa tanpa ada udzur adalah di gantung terbalik urat kaki sebagai ikatan, ujung-ujung mulut robek dan mengalirkan darah..”(Hadits Riwayat Ibnu Huzaimah, Ibnu Hibban, al Hakim dan al Baihaqi). Oleh karena itu
Penting juga dalam kegiatan Tarhib ini diingatkan kepada yang masih memiliki hutang puasa untuk segera dibayarkan. Berdasarkan pengamatan dimasyarakat masih banyak yang memiliki hutang puasa tetapi tidak segera di bayar. Keluarga, ayah ibu sangat berperan dalam urusan hutang puasa putra putrinya. Ayah Ibu yang faham berapa hutang puasa putra putrinya dan terus mengingatkan mensupport bahkan menyediakan sahur dan buka serta menemani puasa agar putra putri terbebas dari hutang puasa. Para Guru ustadz teman diluar keluarga hanya mengingatkan, ayah ibu dirumah yang mengambil peran.
Memperbanyak puasa Sunnah seperti puasa senin kamis, puasa tengah bulan atau puasa Ayyamul bidh dan juga di bulan Sya’ban sebagai warming up bagi ummat islam agar dapat melakukan puasa tidak hanya secara lahir tetapi dapat mempersiapkan bathinnya, tidak sekedar dapat menahan haus dan lapar tetapi juga dapat mengoptimalkan amalan-amalan Ramadhan lainnya dan merefresh daya pengendalian diri sebagai manusia agar setahun kemudian daya pengendalian diri dapat berfungsi secara maksimal menghadapi dinamika dunia yang penuh cobaan.
Dengan kegiatan yang diadakan di bulan Ramadhan utamanya seperti sosialisasi, edukasi dan advokasi akan mendorong ummat Islam menyambut bulan Ramadhan dengan gembira penuh semangat, dan melaksanakan kegiatan amal didalamnya secara maksimal. Yang bercukupan yang serba kekurangan saling Ta’awun dan saling menguatkan. Muncul kesadaran kolektif agar Ramadhan dapat dilaksanakan oleh siapapun. Terutama meminimalisir ego personal, dapat beribadah dengan hidmat dan husyu’ sementara tidak peduli dengan saudaranya yang tidak dapat melakukan ibadah karena dipaksa oleh keadaan. Dan pada akhirnya diharapkan tercipta suasana religius, masyarakat dapat berhidmat di bulan Ramadhan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhannya sekaligus sebagai pengamalan Pancasila sila pertama. Hidup damai penuh ampunan dalam ketaatan dan keberkahan. Berkah yang melimpah, bukan saja untuk kaum muslimin tetapi juga melimpah kepada seluruh penduduk negeri dan penduduk bumi tercinta ini.
Mungkin hanya kutipan kecil ini saja yang bisa saya tuliskan agar pribadi kita jauh lebih terarah dan mengerti esensi berpuasa yang merupakan upaya mengadvokasi diri sendiri. Semoga kita semua selalu mendapat perlindungan oleh Allah agar kegiatan baik apapun kita selalu barokah dan mendapatkan ridho Allah.